starpoin.com

starpoin.com

Review The Crew 2: Jual Kuantitas, Bukan Kualitas!

Review The Crew 2: Jual Kuantitas, Bukan Kualitas!

Posisi The Crew sebagai sebuah game racing di industri game, memang harus diakui, cukup pelik. Di satu sisi, Anda bisa melihat sebuah usaha yang jelas dari Ubisoft untuk menjadikannya sebagai proyek game racing revolusioner, dengan menggabungkan konsep open-world yang selama ini memang menjadi kekuatan mereka ke dalam game racing. Sementara di sisi lain, konsep ini dieksekusi kurang sempurna. Tidak hanya dunia kosong yang tidak memberikan banyak alasan untuk dieksplorasi di luar representasi wilayah Amerika Serikat yang pantas untuk diacungi jempol saja, tetapi juga karena sensasi berkendaranya yang terhitung buruk. Tetapi di luar dari kritik yang muncul, Ubisoft sepertinya optimis akan kemampuan jual nama The Crew itu sendiri. Sang seri kedua akhirnya meluncur ke pasaran.

Sensasi berkendara yang tidak terlalu asyik tetap terasa di sini, setidaknya pada saat Anda mengendalikan kendaraan di darat. Masalah soal minimnya motivasi untuk melakukan eksplorasi juga tetap ada. Namun setidaknya, ada beberapa perbaikan fitur dan penambahan konten di sini. Hingga pada batas bahwa Anda tidak akan merasa kecewa dengan varian yang berusaha ditawarkan Ubisoft di The Crew 2, yang di titik ini, sepertinya memungkinkan Anda untuk masuk ke dalam adu kecepatan dengan kendaraan apapun. Dari mobil berkecepatan tinggi, hingga truk monster yang butuh bermanuver layaknya Anda tengah bermain Tony Hawk Pro Skater.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Crew 2 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai judul yang menjual kuantitas dan bukannya kualitas? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Cerita bukanlah bagian yang harus Anda perhatikan dari The Crew 2.

Ada dua jenis game racing arcade di luar sana. Yang menjadikan cerita sebagai pondasi terkuat untuk mendukung gameplay, seperti yang berusaha dilakukan beberapa seri Need for Speed dari EA beberapa tahun terakhir in. Atau yang tidak ambil pusing soal cerita, menawarkan versi seadanya, dan lebih berfokus untuk menyediakan Anda sebuah arena untuk memacu kecepatan tinggi sembari bersenang-senang. The Crew 2 masuk ke kategori kedua ini.

Anda berperan sebagai seorang pembalap pendatang baru yang baru hendak membangun reputasinya sebagai seorang “penggila kecepatan” di beragam sektor balap lintas Amerika. Seperti yang bisa diprediksi, reputasi tentu tidak bisa dibangun di atas sekedar, omong kosong. Bekerjasama dengan sebuah program televisi dan sosial media bernama Live TV, Anda harus membangun popularitas yang direpresentasikan dengan jumlah follower yang mengikuti Anda. Jika sudah cukup dan kemenangan dalam jumlah besar sudah berhasil diraih, Anda bisa berkesempatan untuk menantang dan menundukkan “penguasa” di masing-masing kategori yang ada. Itulah inti “cerita” dari The Crew 2 itu sendiri.

Menjadi yang tercepat dan menundukkan para “penguasa” di setiap kategori, klise memang.
Jumlah Followers di sosial media (in-game) akan jadi resource untuk menunjukkan Anda pantas atau tidak pantas menantang mereka.

Di beberapa kesempatan, terutama di awal pengenalan lomba yang ada, Anda mungkin akan bertemu dengan cut-scene yang biasanya memberikan sedikit gambaran cerita soal apa yang terjadi, sekaligus karakter pendukung yang akan terasosiasikan dengan kategori tersebut. Namun sayangnya, ia berujung tidak lebih dari sekedar filler belaka. Anda tidak akan merasa bahwa ada satupun bagian dari cut-scene yang pantas untuk diperhatikan atau menarik untuk diikuti. Cerita di dalam The Crew 2 tidak kurang dari sekedar pondasi yang sesungguhnya pun, jika dibuang begitu saja, tidak akan begitu banyak berpengaruh. Berita baiknya? Ada tombol skip untuk melewati mereka dengan cepat.

Semakin tinggi “Status” Anda , semakin banyak pula varian balapan yang bisa Anda lalui.

Maka, mampukah Anda menundukkan setiap tantangan yang ditawarkan oleh The Crew 2 kepada Anda? Seperti apa juga jenis balapan yang harus Anda hadapi? Kedua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Crew 2 ini.

Dunia Luas yang Kurang Motivasi

Dari pantai timur ke pantai barat, luasnya daratan Amerika dengan ekosistemnya bisa Anda jelajahi.

Seperti yang ditawarkan oleh The Crew di seri pertama, Ubisoft kembali menawarkan daratan Amerika Serikat yang luas sebagai “arena bermain”. Namun tidak dalam perbandingan 1:1 tentu saja, tetapi cukup luas untuk memastikan diri untuk menyediakan ruang bagi semua landmark yang mendefinisikan negara itu sendiri. Dari pantai timur ke pantai barat, Anda akan bertemu dengan begitu banyak lokasi, dari pantai Santa Monica yang terang, jurang Grand Canyon, rawa-rawa penuh pohon Mangrove, hingga patung Liberty yang tentu saja menjadi ikon dari Amerika Serikat tersebut. Dengan begitu banyaknya varian daerah yang mereka tawarkan di sini, Ubisoft memastikan bahwa arena bermain Anda di The Crew 2 tidak akan pernah membosankan. Dari perspektif kuantitas, mereka melakukan tugasnya dengan baik.

Masalahnya? Tidak ada alasann untuk menjelajahinya!
Satu-satunya motivasi adalah mengabadikan beragam objek atau momen atas nama reward, yang sayangnya, tidak cukup untuk mendorong kami.

Namun sayangnya, sulit untuk tidak mengakui bahwa masalah yang terjadi di The Crew pertama, kembali terjadi di The Crew 2. Benar sekali, ia menawarkan motivasi yang terhitung minim untuk dieksplorasi. Dengan fungsi fast-travel untuk melompat dari satu misi balapan ke misi balapan yang lain, hampir tidak ada alasan bahwa Anda harus melewati daratan Amerika super luas ini begitu saja. Memang Anda akan bertemu dengan ragam misi sampingan di sekitarnya, namun fungsi yang ini juga mendukung fast-travel untuk melompat cepat ke tempat yang dibutuhkan. Satu-satunya alasan tinggal mengabadikan momen Anda lewat Photo Mode dan juga misi-misi sampingan yang meminta Anda untuk memotret satu objek tertentu. Untuk urusan terakhir ini, walaupun reward yang ditawarkan untuk progress Anda menggiurkan, namun tidak terlalu menarik untuk dikejar.

Namun detail dunia yang ia tawarkan memang memanjakan mata.
Ditambah dengan efek cuaca yang keren, ia terlihat dramatis.

Maka yang Anda temukan adalah sebuah dunia luas yang tidak memberikan banyak alasan untuk dijelajahi. Namun untuk setiap daerah yang Anda singgahi, baik untuk sekedar menyelesaikan misi utama ataupun sekedar iseng, Anda akan berhadapan dengan kualitas visualisasi yang pantas untuk diacungi jempol. Ragam efek visual, dari tata cahaya hingga cuaca yang berubah seolah membuat adu kecepatan Anda berujung kian dramatis. Pemandangan yang ditawarkan, baik dari wilayah urban, tebing tinggi di daerah gurun, gunung raksasa yang menjulang di kejauhan, hingga sekedar ladang anggur yang membentang luas ketika Anda menyusurinya memang memanjakan mata. Tetapi di sisi lain, sangat disayangkan pula bahwa level physics dan destuksi yang dihadirkan terhitung minim. Melintasi ladang anggur dengan kecepatan tinggi misalnya, sayangya tidak menimbulan efek rusak dan sejenisnya.

Kami merasa bahwa marka penunjuk arah jalan juga dibuat sedemikian kecil, hingga terkadang berujung membuat Anda berakhir salah jalan dan kalah karenanya.

Entah sengaja atau tidak, ada satu hal yang menurut kami cukup membingungkan dari desain setiap track The Crew 2 itu sendiri. Dan ia adalah warna atau pilihan ukuran palang arah track yang jika dibandingkan dengan game-game racing arcade yang lain, memang terhitung kecil dan tidak jelas. Terkadang membuat Anda yang memainkanya di televisi berukuran besar sekalipun harus berkonsentrasi untuk memastikan Anda tidak bergerak ke arah yang salah hanya karena masalah yang satu ini. Mengingat konsepnya yang lumayan terbuka dan secara otomatis mengembalikan Anda ke track yang seharusnya, ini bisa jadi sumber masalah tersendiri. Kami sendiri tidak tahu apakah desain seperti ini memang sengaja digunakan Ubisoft untuk memberikan ekstra tantangan saat balap, ataukah ini masalah teknis seperti texture-popping misalnya. Atau mungkin saja, mata kami yang mulai bermasalah.

Dunia yang indah namun tanpa motivasi yang kuat untuk menjelajahinya, di luar presentasi visual yang terhitung memanjakan mata, Ubisoft dan Ivory Tower – sang developer sepertinya tidak berbenah banyak dari kesalahan di seri pertama.

Kuantitas, Bukan Kualitas

Jumlah dan varian balap yang bisa Anda lalui memang bukan omong kosong.

Berusaha untuk menyediakan semua jenis balapan yang bisa mereka sediakan, dan menggaet pasar pecandu kecepatan manapun yang ingin melirik sebuah game racing, motivasi ini sepertinya tercermin jelas dari apa yang berusaha ditawarkan oleh Ubisoft di The Crew 2 ini. Bergerak dari satu misi balapan ke misi balapan lain dengan sisi cerita yang tidak terlalu penting, Anda benar-benar disugunkan dengan varian balapan yang beragam. Misi yang meminta Anda untuk tidak hanya menguasai adu kecepatan di darat, udara, ataupun air saja, tetapi juga memastikan bahwa Anda tampil mumpuni di setiap sub-kagetori yang mengikuti elemen-elemen tersebut. Varian dan kuantitas di The Crew 2, memang bukan omong kosong.

Kita berbicara soal balapan di darat, udara, dan air. Kita berbicara bagaimana balapan di darat tidak lagi selalu sekedar mobil balap jalanan yang diadu di kecepatan tinggi. Anda bertemu dengan kategori drift, drag, monster truk yang berfokus untuk mengumpulkan poin gaya sebanyak mungkin, mobil Formula, Supercar dengan konsep touring, sepeda motor, hingga balapan offroad yang membiarkan Anda menerjang begitu saja banyak rintangan. Di laut, Anda bertemu dengan setidaknya dua varian speedboat yang hadir dengan tantangan dan sifat berbeda, dan begitu juga di udara dimana pesawat Anda dibagi ke dalam dua kategori – adu kecepatan dan adu gaya untuk point yang tentu saja, punya pendekatan gameplay berbeda. Semakin jauh progress permainan Anda, maka semakin banyak pula varian balap yang bisa Anda buka. Jangan lupa, Anda harus membeli setidaknya satu varian kendaraan dari setiap kategori untuk bisa memainkannya. Mengingat ia tidak dibagikan secara cuma-cuma, management resource reward juga menjadi esensial.

ia akan menuntut ketangguhan Anda di air, udara, dan darat.
Dari menyusuri rawa yang dipenuhi dengan pohon mangrove.
Hingga berakrobat di atas kota.

Namun sayangnya, pada akhirnya, kuantitas memang menurut kami, menjadi kekuatan utama The Crew 2. Sementara dari sensasi balapannya sendir dan gameplay yang ada, tidak sebaik yang diharapkan, bahkan untuk ukuran game racing sekalipun. Walaupun masih bisa ditoleransi di sesi balapan air ataupun udara yang sekedar berujung repetitif dan tidak banyak menawarkan tantangan se-intens seperti di darat misalnya, sensasi berkendara kedua wilayah tersebut masih lebih baik daripada sensasi berkendara di darat yang seharusnya jadi “bintang” utama. Permasalahan kenikmati bermain terletak di sini.

Seperti yang kita tahu, The Crew 2 adalah sebuah game racing arcade yang memang tidak ditujukan untuk merepresentasikan kondisi balap di dunia nyata. Namun kualitas dan sensasinya sebagai game racing arcade juga tidak bisa dibilang memesona, terutama saat di balapan darat. Sensasi mengendarai mobil ataupun motor seperti tengah memacu kendaraan di atas jalanan es dan super licin. Tidak ada sensasi grip yang seharusnya terjadi ketika Anda memacu kendaraan Anda dalam kecepatan tinggi ataupun sensasi bahwa kendaraan yang Anda gunakan, memang punya berat. Hasilnya adalah adu kecepatan yang terasa begitu halus dan licin, seperti tengah berkendara di atas dunia yang tidak punya efek physics sama sekali. Untuk sebuah standar game racing arcade yang tidak berusaha mencerminkan dunia nyata sekalipun, ini berujung pantas dipertanyakan.

Sensasi berkendara di daratnya tidak terasa memuaskan. Licin dan seperti tidak punya berat.
Peningkatan performa per bagian hanya bisa diakses lewat lootbox saja. Tidak ada kesempatan untuk membelinya secara terpisah.

Permasalahan lain juga mengakar pada sistem upgrade per kendaraan yang mereka eksekusi dengan sistem berbasis lootbox. Bahwa alih-alih membiarkan Anda membeli setiap komponen yang Anda inginkan dan butuhkan untuk memperkuat dan mempercepat kendaraan Anda, satu-satunya cara untuk mendapatkan komponen ini adalah lewat lootbox yang jatuh tiap kali Anda berhasil menyelesaikan misi yang ada, utama ataupun sampingan. Maka seperti sistem lootbox kebanyakan, setiap komponen ini juga dibagi ke dalam berbagai level kelangkaan berbasis warna, dengan yang paling langka juga akan menghadirkan buff status permanen yang menguntungkan, walaupun terkadang, hadir dengan status yang tidak lebih baik. Secara garis besar, ia mirip dengan apa yang berusaha dilakukan EA di NFS: Payback tahun lalu. Berita baiknya? Ia tidak semengerikan dan seburuk cara EA menanganinya.

Untuk membuatnya terasa lebih baik, sistem lootbox yang Anda dapatkan ini selalu akan menawarkan komponen dengan status yang lebih tinggi dari yang Anda miliki sekarang, hingga Anda tidak perlu melakukan proses grinding. Kami juga menemukan efek rubber-banding yang cukup minim pula saat bertarung dengan karakter AI. Ini berarti, jika Anda memimpin jauh sebuah lomba, Anda tidak perlu khawatir bahwa untuk alasan yang tidak jelas, mereka tiba-tiba bisa berada memacu kecepatan di dekat Anda atas nama desain “curang” untuk mempertahankan aura kompetitif, misalnya. Namun di sisi lain, dengan sistem lootbox yang konten-nya acak, ini berarti mustahil bagi Anda untuk mengincar komponen yang menurut Anda penting atau prioritaskan. The Crew 2 juga mengusung setting lebih advanced untuk mengatur performa yang ada, namun seperti yang bisa diprediksi, tidak banyak berkontribusi secara signifikan.

Lebih bersahabat daripada Payback, setidaknya lootbox yang Anda dapatkan akan selalu hadir dengan status lebih tinggi. Ini membuat proses grinding terhindarkan.
Fast travel, picu balapan, menang, ambil lootbox, upgrade, fast travel, picu balapan, berusaha menang, dan seterusnya akan jadi gambaran pengalaman umum Anda di The Crew 2.

Maka dengan konsep permainan seperti ini, maka Anda sepertinya sudah memahami pengalaman bermain seperti apa yang akan Anda dapatkan. Digabungkan dengan fakta bahwa dunianya yang luas tidak banyak memotivasi proses eksplorasi, maka The Crew 2 akan berakhir dengan pengalaman yang meminta Anda untuk bergerak dari satu misi balapan ke misi balapan lain, dengan fast-travel, mendapatkan lootbox, memperkuat mobil Anda, bergerak ke misi selanjutnya, dan seterusnya, hingga Anda merasa sudah cukup puas dengan jumlah misi, yang memang terhitung banyak.

Kemampuan berganti kendaraan secara instan hanya terjadi di dua skenario: eksplorasi dan sesi balap utama – Extreme.

Lantas, bagaimana dengan sistem berganti kendaraan yang terus didengungkan pada saat proses marketing sebelum rilis? Sayangnya, fitur ini hanya bisa dimaanfaatkan di dua sesi saja: eksplorasi dan juga Live Extreme Racing yang menjadi event utama di dalam cerita. Bergantung pada kendaraan yang Anda pilih sebagai favorit, Anda bisa berganti kendaraan secara instan di sesi eksplorasi semudah menekan tombol analog kanan dan kemudian memilihnya di versi PS4. Namun ingat, proses pergantian terjadi secara instan, hingga Anda yang memilih speedboat di atas jalanan beraspal atau sebaliknya misalnya, akan berhadapan dengan berita buruk. Sementara untuk sesi Extreme Racing yang jadi andalan di sisi cerita, proses pergantian ini secara otomatis. Tidak ada sesi balapan yang benar-benar memanfaatkan fitur ini dengan optimal.

Namun, acungan jempol memang pantas diarahkan pada Ivory Tower soal variasi jenis balapan yang ia tawarkan, yang harus diakui terhitung cukup unik. Mengendalikan pesawat untuk bergerak gaya bebas hanya untuk mendapatkan point misalnya, adalah pengalaman yang sulit Anda dapatkan di game-game racing yang lain. Pendekatan dan varian misi yang kami temukan, seperti saat sebuah sesi touring dengan Speed Car yang membutuhkan waktu setidaknya 30 menit dunia nyata untuk dielesaikan misalnya, memang cukup mengejutkan dan menyegarkan di saat yang sama. Hanya saja, kuantitas begitu banyak misi ini tidak didukung dengan desain gameplay yang bisa dibilang, berkualitas. Itu saja.

Always-Online Tak Guna

Selamat datang di dunia always-online!

Salah satu keputusan paling aneh di mata kami yang diambil oleh Ubisoft untuk The Crew 2 adalah “memaksakannya” sebagai sebuah game always-online. Strategi yang memang sudah tidak populer di mata banyak gamer ini memang masih bisa menawarkan sisi positif jika memang dieksekusi dengan tepat. Namun sayangnya, bukti yang bertebaran di dunia nyata sepertinya mengamini satu hal – bahwa sebagian besar developer hanya menjadikannya sebagai alat untuk memastikan versi bajakan yang lebih sulit hadir, atau sekedar menjadi ambisi untuk sebuah fitur yang gagal diimplementasikan atau berakhir diimplementasikan untuk sebuah nilai jual yang mengecewakan dan tidak signifikan. The Crew 2 berada di kategori terakhir ini.

Untuk sebuah game yang mengusung always-online, The Crew 2 benar-benar tidak memanfaatkan kebutuhan yang satu ini untuk menghadirkan fitur yang memang terasa, menuntut hal yang satu ini. Memang Anda mungkin akan berkesempatan bertemu dengan player-player lain yang juga hilir mudik di dunia yang sama, bahkan terkadang Anda bisa melihat tampilan karakter mereka saat tengah beristirahat di titik tertentu. Berita buruknya? Tidak ada aksi yang bisa Anda lakukan untuk menindaklanjuti itu. Tidak ada tombol untuk mengajak mereka bicara, mengajak mereka memacu kendaraan ke titik tertentu dalam suasana kompetitif, atau sekedar mengajak mereka bergabung ke dalam kru Anda atau sejenisnya. Anda hanya bisa melihat mereka dan tidak bisa melakukan apapun. Lantas, untuk apa fitu always-online ini? Itu jadi keanehan pertama.

Anda bisa bertemu dengan player lain, tetapi tidak bisa berinteraksi atau memicu apapun.
Tidak ada PVP saat ini. What the..

Keanehan kedua? Ivory Tower dan Ubisoft memutuskan untuk merilis The Crew 2 ini tanpa mode PVP sama sekali. Benar sekali, tidak ada mode kompetitif yang memungkinkan Anda untuk berkompetisi dengan player di sini, bagiamana caranya. Mereka sendiri menyebut akan menambahkan fitur tersebut beberapa bulan ke depan sebagai sebuah update cuma-cuma, sesuatu yang kembali membuat kami garuk kepala. Satu-satunya mode “online” yang bisa Anda jajal selain bertemu dengan player lain di satu dunia yang sama, adalah mode kooperatif yang memungkinkan Anda untuk bekerjasama di satu balapan untuk memperbesar kemenangan dengan jumlah reward yang dibagi rata. Permasalahannya? Anda harus mengundang teman Anda untuk melakukannya. Jika Anda tidak punya teman yang tertarik untuk membeli The Crew 2? Selamat.

Berita yang lebih buruknya lagi? Ada sedikit potensi bahwa ia juga akan berakhir menjadi game Pay to Win jika mode kompetitif melawan player ini dibuka di masa depan. Mengapa? Karena The Crew 2 juga menyediakan akses bagi Anda untuk membeli sebuah resource terpisah dari uang yang Anda dapatkan in-game untuk membeli ragam varian kendaraan yang ada. Anda bisa membeli mata uang spesial ini dengan uang nyata dan menggunakan mobil-mobil yang lebih mutakhir. Memang Anda akan tetap dituntut untuk tetap memainkannya atas nama mendapatkan loot demi mempercepat mobil baru ini, namun tetap saja, ia menawarkan progress ekstra bagi Anda yang tidak berkeberatan untuk membayar lebih.

Main bareng teman untuk mode multiplayer? Bagaimana jika tidak ada yang memainkannya?
Menggunakan uang nyata untuk membeli mata uang khusus yang bisa mempercepat Anda membeli kendaraan manapun. Potensi pay to win?

Lagipula, menjajalnya di versi Playstation 4 dengan dukungan seperti ini berujung banyak kasus menjengkelkan. Sebagai contoh? Ketika kami terlibat dalam balapan touring 30 menit yang terhitung lama. Kami memutuskan untuk keluar dari aplikasi menuju menu utama PS4 untuk mengganti lagu di Spotify atas nama iseng belaka. Mengingat Spotify adalah aplikasi terpisah, Playstation 4 harus melakukan “Suspend” dulu The Crew 2, membuka Spotify, dan baru kembali mengaktifkan The Crew 2 jika dibuka. Dan seperti yang diprediksi, aksi membuka Spotify ini berujung mimpi buruk baru. Apa pasal? Karena untuk alasan yang tidak jelas, karena kebutuhan always-online-nya, sesi “Suspend” ini membuat kami “terbaca” seolah-olah DC oleh The Crew 2. Selamat mengulangi balapan 30 menit yang sudah Anda tempuh belasan menit sebelumnya!

Untuk saat ini, pada saat review ini ditulis, kami sama sekali tidak menemukan alasan yang membuat The Crew 2 harus memanfaatkan fitur always-online, yang sama sekali tidak berguna dan dioptimalkan. WHY, UBISOFT??!

Kesimpulan

Jika Anda termasuk gamer yang mencintai The Crew pertama dan merasa bahwa ia adalah produk game racing yang seru dan menyenangkan, maka Anda akan jatuh cinta dengan apa yang berusaha ditawarkan Ubisoft di The Crew 2 ini. Namun jika Anda mencari sebuah game racing arcade kompetitif yang punya kualitas di atas rata-rata game racing arcade yang lain, Ubisoft butuh membenahi banyak hal. Anda bisa menunggu hingga update PvP-nya dirilis ke pasaran, melihat dan kemudian menimbang apakah ia pantas dikejar atau tidak.

Maka dengan semua yang ditawarkan dengan The Crew 2, ia berakhir jadi sebuah game racing yang tidak sebaik yang kami harapkan. Seperti kebiasaan seri “kedua” game Ubisoft manapun, Anda bisa melihat upaya Ivory Tower untuk memenuhi feedback gamer, terutama dari ragam aktivitas balapan yang bisa dilakukan dan memperkecil rasa monoton yang ada. Mereka juga menawarkan pengalaman yang unik lewat penambahan balapan di air dan udara yang jarang dieksplorasi oleh game-game lain pada umumnya. Namun sayangnya, pada akhirnya, ada banyak pilihan eksekusi yang membuat fokus game ini terlihat jelas – menawarkan kuantitas konten, dan bukannya kualitas.

Kita berbicara banyak hal, dari sensasi berkendara di darat yang bak menyetir di atas jalur licin tanpa ada sensasi berat, terlepas dari kendaraan apapun yang Anda gunakan, hingga masalah always-online yang tidak terlihat berkontribusi menambahkan nilai jual dan sejenisnya. Walaupun menawarkan fitur kustomisasi pakaian dan kendaraan, ia juga tidak terlihat sebegitu menariknya di The Crew 2 untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik utama. Namun puncaknya tentu terletak pada fakta bahwa mereka memutuskan untuk merilis game ini tanpa mode PvP, yang membuat fitur always-onlinenya semakin dipertanyakan.

Jika Anda termasuk gamer yang mencintai The Crew pertama dan merasa bahwa ia adalah produk game racing yang seru dan menyenangkan, maka Anda akan jatuh cinta dengan apa yang berusaha ditawarkan Ubisoft di The Crew 2 ini. Namun jika Anda mencari sebuah game racing arcade kompetitif yang punya kualitas di atas rata-rata game racing arcade yang lain, Ubisoft butuh membenahi banyak hal. Anda bisa menunggu hingga update PvP-nya dirilis ke pasaran, melihat dan kemudian menimbang apakah ia pantas dikejar atau tidak.

Kelebihan

Arena bermain yang benar-benar “luas”
  • Setting Amerika Serikat yang luas dan memanjakan mata
  • Balap yang tidak hanya di darat saja
  • Varian dan kuantitas jumlah balapan
  • Sistem lootbox tidak “semengerikan” NFS: Payback
  • Efek cuaca yang membuat balapan terasa dramatis

Kekurangan

Butuh motivasi lebih untuk menjelajahinya!
  • Dunia luas yang tidak memberikan motivasi untuk eksplorasi
  • Sensasi berkendara di darat “licin” dan “tanpa berat”
  • Sistem lootbox dan gacha untuk memperkuat performa kendaraan
  • Always-Online
  • Tanpa PvP
  • Petunjuk arah terlihat kecil di beberapa varian balap
  • Cerita tidak jelas dan tidak penting

Cocok untuk gamer: pencinta The Crew pertama, bosan dengan game yang hanya berbasiskan mobil saja.

Tidak cocok untuk gamer: pencinta genre racing arcade yang seru, butuh sensasi berkendara yang berkualitas